Rabu, 07 Oktober 2009

Perbandingan Gempa Padang, Bengkulu dan Jogja

Membandingkan tiga gempa yang menelan korban manusia ini mungkin dapat memberikan pembelajaran tersendiri. Ketiga gempa ini terjadi dalam waktu yang tidak cukup jauh jedanya, hampir semuamasih dalam ingatan kita.
  • Gempa Jogja (M6.3) Sabtu, Mei 27, 2006 jam 5:53:58 pagi
  • Gempa Padang (M6,4) Selasa, Maret 6, 2007 jam 10:49:39 pagi
  • Gempa Bengkulu (M8.4) Rabo, September 12, 2007 at 06:10:26 sore

Sebenarnya ada juga gempa yang menelan korban di Selatan Jawa (Pangandaran) tetapi itu karena tsunami bukan akibat getarannya. Nah, kali ini kita lihat saja bagaimana getaran-getaran gempa itu berperilaku.

:( “Maksudte perilaku gempa itu apa ada gempa yang nakal gitu ya, pakdhe ?”
:D “Ya koyo kowe, nyekithis ngono kuwi. :P Yang lebih penting lagi adalah mengenali bagaimana gempa itu dapat mempengaruhi bangunan yang kita tempati thole”

Peta-peta gempa ini kalau dijejer-jejer akan mudah diketahui bagaimana penyebarannya, dan bagaimana polah tingkahnya.

padang-bengkulu-jogja.jpg

Gambar di atas ini memperlihatkan peta-peta yang membandingkan bagaimana getaran-getaran gempa ini menyebar di daratan. Gempa Bengkulu sebenarnya menyebar tetapi karena ini menggambarkan daratan maka getaran di pusat gempa (episenter) tidak digambarkan. Terlihat gempa Padang dan gempa Bengkulu memiliki kedalaman 30 Km. Sedangkan gempa Jogja hanya pada kedalaman 17.1 Km, sangat dangkal sekali. Energi gempa di Jogja ini terlihat terpusat. Lihat skala pembanding masing-masing peta ini tidaklah sama. Sehingga sangat terlihat bahwa getaran gempa jogja sangat terpusat pada tempat yang sangat sempit. Hal ini juga merupakan hal yang unik bagi ahli gempa seperti kata Pak Irwan yang menunjukkan bahwa lamanya gempa jogja yang hanya M6.3 ini dapat terekam hingga hampir 1 menit goyangannya, padahal biasanya gempa sebesar itu hanya terasa selama 20-30 detik saja.

figure-irwan.jpgPenjelasan mengapa gempa Jogja yang bergetar cukup lama ini memang karena adanya bounced wave, atau pantulan getaran-getaran gempa seperti yang digambarkan disebelah ini. Hal inipula yang dapat dipakai untuk menjelaskan mengapa penyebaran getaran gempa Jogja tidak menyebar ke seluruh penjuru dibandingkan dengan gempa Bengkulu dibawah ini.

padang-bengkulu-jogja-2.jpg

Getaran gempa Bengkulu menyebar jauuuh sekali, bahkan dilaporkan terasa hingga berjarak kira-kira 1000 Km (lihat gambar diatas). Sedangkan gempa Padang menyebar relatif lebih ke utara (Timur Laut). Penjalaran gelombang pada batuan keras juga terlihat pada gempa-gempa ini. Gempa bengkulu yang pusat hiposenternya pada kedalaman 30 Km (tentunya pada batuan yang sangat keras/Basement) sehingga relatif menyebar sangat jauh, karena kekuatannya juga yang sangat besar (M8.4). Gempa Jogja menyebar ke arah timur karena batuan kerasnya berada di sebelah timur dari pusat gempa. Sedangkan ke arah barat gelombang gelmpa Jogja terpantul-pantul hingga menyebabkan kerusakan hebat.

Korban pada gempa Jogja tercatat paling besar dengan jumlah lebih dari 5000 orang yang meninggal. Hal ini memang karena lokasinya pada tempat yang padat penduduknya. Lihat lingkaran-lingkaran itu menunjukkan banyaknya populasi di lokasi itu. Selain itu bangunan-bangunan di Jogja dan sekitarnya sudah banyak yang menggunakan konstruksi batu dibandingkan rumah-rumah di Bengkulu maupun di Padang. Konstruksi bangunan kayu memang lebih rentan terhadap gempa. Namun ciri bangunan moderen saat ni justru lebih banyak yang terusun oleh bahan bangunan yang keras (batu bata). Jadi seperti pepatah yang ditulis sebelumnya bahwa gempa itu tidak membunuh manusia, tapi bangunan yang buruklah yang melakukannya. Earthquake did not kill people, the bad building did it

Apakah sebaiknya membangun dengan bahan kayu ?

Pertanyaan ini tidaklah mudah dijawab. Bangunan kayu tentusaja saat ini menjadi mahal. Apalagi banyak ahli lingkungan yang akan menentang penebangan pohon-pohon yang menjadi pembersih uadara dan paru-paru dunia. Pembangunan bangunan konstruksi batu dengan penguatan tahan gempalah yang harus disosialisasikan di daerah rawan gempa ini.

:( “Trus nopo sing harus yang dipelajari, Pakdhe ?”

Jadi dari sini diambil beberapa pelajaran mengenai efek-efek gempa terhadap kehidupan manusia. Salah satunya bahwa gempa-gempa di Jawa yang disebabkan oleh patahan-patahan dangkal akan lebih mengkhawatirkan katimbang gempa-gempa di Sumatra. Patahan-patahan yang berbahaya di Jawa yang aktif ini banyak tertutup oleh endapan muda, atau berimpitan dengan endapan muda yang berpotensi untuk memantul atau amplifikasi getaran gempa. Amplifikasi ini sangat berbahaya dan mungkin akan sangat bersifat merusak.

Penelitian patahan-patahan di Jawa tentunya sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui “kematangan” -nya. Sehingga antisipasi kemungkinan “bangun“-nya potensi-potensi gempa ini dapat diketahui dengan lebih pasti. Namun bukan berarti bahwa meneliti patahan-patahan lain tidak diperlukan tentusaja.

(www.rovicky.multiply.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar