Senin, 18 Juli 2011

Mendidik Anak














Mendidik anak memang susah gampang. Tak mungkin jadi dalam sehari, semua perlu waktu, semua perlu proses. Paling menyebalkan kalau kita sudah susah-susah mendidik anak dalam kebiasaan baik misalnya. Tiba-tiba karena sering main dengan kawan-kawannya, atau bahkan tidak sering main tapi kata-kata yang keluar dalam hal berkomunikasi menjadi dalam sekejap sangat berbekas di memori dan kebiasaan anak.

Misalnya dalam hal menanamkan kebiasaan baik. Anak dilarang bermain dengan berdiri di atas meja makan misalnya. Kalau anak sendiri, kita bisa langsung tegur. Kadang anak juga tidak merasa terima jika kawannya melakukan itu. Anak sendiri dilarang, tapi kawannya tidak dilarang walaupun di rumah kawan si anak sendiri. Kita hanya bisa menasihati anak kita, bahwa mereka tidak boleh melakukan itu. Yang paling repot, jika kawan anak kita melakukan hal tersebut di rumah kita sendiri. Walah, walah, walah....

Di sinilah pentingnya tarbiyatul aulad. Pendidikan anak tidak mengenal anak kita dan anak orang lain. Jadi untuk memudahkan, anggaplah kawan anak kita adalah anak kita juga. Jadi kita sebagai orang tua tidak akan sungkan-sungkan menegur dan meluruskan kawan anak kita jika mereka berbuat salah. Hal ini juga bisa menjadi pembelajaran pada anak kita sendiri, bahwa kita sebagai orang tua bersungguh-sungguh menerapkan kebiasaan baik. Dan yang paling penting anak kita sendiri akan merasakan adanya kesamaan ('keadilan') dalam mendidik....

*Thx, Teh Yuni, yang beberapa tahun lalu mengungkapkan tentang tarbiyatul aulad.
Buat Qia dan Bagas, teruslah bercerita apa-apa yang terjadi pada kalian...