Jumat, 20 Desember 2013

M E N Y E T R I K A

Karena 2 hari asisten rumah tangga tidak datang, maka emaknya yg harus nyuci baju dan nyetrika. Saat nyetrika, Qia (7th) berkata.

Qia      : "Nda, Qia boleh nyetrika juga?"
Bunda : "Iya. Boleh. " (sambil terus menyetrika, dan terus mengambil baju untuk disetrika)
Qia      : "Nda, udah selesai belum?"
Bunda  : "Belum. Bentar lagi, yaa..." (sambil berkata dalam hati, sebenernya tidak suka dibantu nyetrika sama Qia)
Qia       : "Ayoo..Ndaa..Lama banget sihhh..?!"
Bunda  : "Iyaaa...(sambil cepet-cepat menyetrika baju besar-besar, dan menyisihkan baju kecil-kecil yang mungkin bisa disetrika Qia. Dan akhirnya cuma celana-celana pendek dan kaos-kaos punya adik laki-lakinya yg tersisa). Nih.."

Tidak suka dibantu Qia karena pasti akan jadi lama. Sudah tahu menyetrika itu menurutku pekerjaan rumah tangga yang paling menyebalkan, karena tidak bisa disambi dengan pekerjaan apa pun. Menyetrika itu pekerjaan yang harus fokus. Disambi jadi lama, tidak dilakukan pakaian kusut jadi menggunung.

Tapi inisiatif anak harus dihargai dan didukung. Dia dalam rangka belajar menyetrika, yang kelak dia juga harus melakukannya sendiri saat beranjak besar. Toh, dia kan juga tidak bisa dengan tiba-tiba bisa menyetrika.

Jangan harap anak saat usia SMP mau menyetrika jika inisiatifnya saat kecil tidak dianggap. Boro-boro mau menyetrika karena inisiatif, disuruh pasti sering gak maunya (walau gak semua anak begitu yaa).

Akhirnya yang diduga terjadilah. Banyak pertanyaan (ini gimana ngelipetnya, bagian bawah belum disetrika nih karena mejanya kesempitan gimana, dan banyak lagi), dan banyak bantuan dari ibunya (membantu menyetrika kok malah dibantuin? Mana harus ditungguin pula). Belum lagi kesalahan dalam memegang setrika dan arah menyetrika yang benar.

Qia      : "Udah selesai!" (sambil menaruh hasil setrikaannya yang terakhir. Tanda selesai setrika hari ini. Dan aku pura-pura puas dengan hasil setrikaannya, langsung menumpukkan baju hasil setrikaannya tersebut di tumpukan baju-baju lain yang sudah rapi. Padahal sebenernya dalam hati, benar-benar pengen menyetrikanya lagi. Tapi Alhamdulillah, tidak dilakukan.
Qia      : "Ternyata capek, yaa. Pegel, nihhh!" (dalam hati tertawa, hihihi!)

Akhirnya seperti yang harus terjadi, waktu menyetrika pun jadi bertambah 30 menit lebih lama. Waktu yang menurut ibu-ibu berharga untuk melakukan hal lain.Tapi semuanya butuh proses. Dan anak pun butuh penghargaan akan hasil kerjanya. Aku puas karena berhasil menahan diri untuk tidak melarangnya menyetrika dan tidak berkomentar negatif. Dan Qia puas karena hasrat dia untuk menyetrika terpenuhi dan dia bisa merasakannya sendiri enak dan tidaknya menyetrika:D.