Kamis, 25 Maret 2010

Pengasuhnya Bunda aja...




Akhir-akhir ini lagi gak ada ide untuk nulis. Sekarang yang lagi dirasa adalah rasa capek luar biasa. Dua anak yang makin lincah seperti panjat tralis jendela, panjat lemari bufet, berdiri di atas lemari membutuhkan perhatian ekstra. Mata yang harus awas, mulut yang terus ngomel tapi tetap saja tak digubris oleh dua bocah cilik itu. Membuat diri ini merasa seperti kaset rusak:((. Tapi tetap saja walaupun sudah berusaha untuk menjaga keamanan dua bocah itu, ada aja yang merasa kesakitan. Contoh Qia yang si 3.5 tahun langsung nangis begitu kepalanya nyenggol sudut bufet. Tangisannya begitu menyayat hati, keras dan melengking. Bagas (1.5 tahun) tak tahu kenapa, tiba-tiba dia sudah terjatuh dari atas sandaran kursi tamu dengan posisi seperti cicak jatuh (alhamdulillah gak kena kepala). Langsung dia menangis, setelah melihat kondisinya yang aman-aman aja langsung kutenangin aja walau dalam hati geli juga, hihihi.

Sebenarnya malas nulis, idenya sih udah ada dari duluuuu... Tapi males. Sekarang aja nulis karena disuruh sama ayahnya anak-anak:p. Tapi tetap saja gak ada gairah (gak ada ruh). Tapi kata penulis yang udah terkenal walaupun gak ada gairah untuk nulis, harus dipaksa untuk menulis. Gak boleh kosong untuk berkarya. Betulll??? Tullll!!!!.....Balik lagi ke topik. Saat-saat sedang mengasuh anak di luar, kadang ada tetangga yang juga sedang mengajak main anaknya. Di sana lalu kami berbincang.
"Bu Ganjar, kenapa tidak cari pembantu yang nginep aja? Bu Ganjar kan kerja. Jadi kerjanya bisa enak. Ada yang ngasuh anak-anak, " kata seorang ibu tetangga. Aku jawab aja, "Iya gapapa. Pembantu yang gak nginep juga. Saya cuma butuh yang beres-beres aja trus pulang. Ngasuh sama saya aja.Lagian percuma klo ada pembantu tapi anak-anak gak mau. "
Lalu dalam hati saya berkata, bukan hanya anak-anak saya aja yang gak mau, tapi saya juga gak mau. Masa anak-anak hanya sebentar saja, setelah mereka tumbuh mana mau mereka menghabiskan waktu dengan orang tua saja. Mereka mungkin telah bergaul dengan luas, pergi kesana sini. Bergaul dengan teman-temannya, etc.

Teringat dengan perkataan salah seorang dosen saya, ketika tahun 2007 yang lalu main ke kampus. Bertiga dengan seorang teman kami ngobrol. Lalu saya bilang, ingin kerja lagi. Lalu dosen saya menegur, "Ngapain kamu kerja lagi? Mendingan kamu di rumah aja ngurus anak. Kamu rawat, anterin sekolah dan ditungguin, kamu layanin dia baik-baik. Entar klo anak kamu dah bisa ditinggal, bisa kamu kerja lagi. Gak ada ruginya. Nanti klo anak kamu sudah besar kamu akan terus merasakan kedekatan kamu dengan anak-anak. Karena anak-anak akan terus memperhatikan kamu, walau kamu secara fisik sudah jauh dengan anak-anak. Bla-bla-bla....." Sampai sekarang obrolan itu masih terngiang-ngiang dan jadi inspirasi untuk tetap di rumah.Thanks, Bu Hira.

Seiring dengan berjalannya waktu, jenuh juga di rumah. Otak terasa mampet, jutekkk. Pengen kerja. Pengen menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah, tapi gak pengen ninggalin anak. Alhamdulillah ada yang nawarin jadi karyawan satu perusahaan, kerja di rumah. Jam kerjanya antara jam 01.00 sampai subuh. Hihihi. Emang berkurang juga waktu istirahat. Tapi gapapa, bisa dibalas siang klo anak-anak ngantuk bareng, jadi bisa tidur bareng deh. Paling sial tidurnya malem, kalo anak-anak ngantuknya ga bareng. Satu tidur satu enggak. Tidurnya gantian, jadi gak bisa tidur. Gapapa lahhh. Sudah bersyukur dah ada yang mau menerima diri ini. (Thanks, asb). Kan gajinya bisa dipake jalan-jalan belanja makanan kecil ke supermarket dekat kantor bertiga sepulang dari kantor sama Qia dan Bagas. Fuihh, antusias sekali mereka klo diajak ke supermarket ngambil barang sana-sini. Gak tau diri ini yang harus bayar..tapi ga pa pa, hihihi...

Balik lagi. Pada satu kesempatan dari balik jendela dalam rumah, aku dan Qia melihat seorang anak dengan pengasuhnya. Lalu Qia bertanya, "Mau kemana, Lili sama ibunya, ya Bunda?"
Lalu aku jawab, "Itu bukan ibunya, Qia. Tapi pengasuhnya. Ibunya kerja." Lalu spontan aku tanya dia, "Qia mau kalo Bunda kerja, lalu Qia dan Bagas diasuh sama orang lain?"
Mulut polosnya menjawab, "Enggak. Qia mau sama Bunda aja." Hmmm, aku jadi mikir-mikir sebenernya apa yang ada di benak Qia, ya?

Pada satu kesempatan, saat menemani Qia jongkok di kloset, Qia berkata, "Bunda, Qia mau pengasuh Qia dan Bagas Bunda aja." Aku kaget dan sekaligus tersanjung ternyata anakku menginginkanku. Sesaat ada rasa bangga (bukan bermaksud ujub, lho yaa). Padahal sehari-hari bersamanya aku merasa bukan seperti ibu yang baik. Aku bukan ibu yang sabar, lembut, etc yang baik-baik. Bahkan cenderung "kadang metal". Tapi nyatanya anak-anak senang bersamaku. Well, anak-anak. Doain, Bunda agar senantiasa sabar dalam mendidik kalian, senantiasa menyayangi kalian apa adanya. Doain Bunda, agar Bunda selalu ada ketika kalian membutuhkan Bunda yaaaa......

Sabtu, 27 Maret 2010 pukul 00.48
by Wiwik Hidayati